Skrining Dini Kader TB "SIDIK TB"

Skrining Dini Kader TB "SIDIK TB"

Mengacu pada WHO global TB Report tahun 2020 Indonesia menduduki peringkat ke 3 dunia setelah india dan china dengan angka TBC mencapai 845.000 kasus. Tuberkulosis merupakan salah satu dari 10 besar penyakit penyebab kematian di dunia. Pada tahun 2020 di Provinsi Jawa Tengah masuk ke dalam 3 besar dengan perkiraan jumlah terduga 403.747 dan 154.366 jumlah terduga tuberculosis yang mendapatkan pelayanan sesuai standar. Kabupaten Banyumas merupakan penyumbang terbesar kasus TBC di Jawa Tengah, dengan jumlah terduga tuberculosis yang mendapatkan pelayanan sesuai standar pada tahun 2020 adalah 10.189. Puskesmas Cilongok I dengan wilayah binaan meliputi 11 desa dengan 207 jumlah terduga tuberculosis yang mendapatkan pelayanan sesuai standar baik di Rumah Sakit maupun Puskesmas, untuk jumlah terduga yang mendapatkan pelayanan sesuai standar di Puskesmas adalah sebanyak 95 kasus.

Permasalahan tersebut mendasari terbentuknya inovasi Skrining Dini Kader TB “SIDIK TB”. Inovasi ini sebagai salah satu terobosan dalam upaya peningkatan temuan terduga TBC serta penemuan kasus baru terkonfirmasi bakteriologi sehingga dapat memutus mata rantai penularan TBC di masyarakat.  Inovasi SIDIK TB dilaksanakan melalui sistem pemberdayaan masyarakat terutama kader kesehatan sebagai ujung tombak dalam upaya peningkatan kesehatan masyarakat, kader bisa dipandang sebagai agen perubahan dalam bidang kesehatan menuju eliminasi TBC tahun 2030. Inovasi ini perlu peran serta masyarakat terutama tokoh masyarakat, tokoh agama, pemerintah desa, PKK, BPD, Forkompimcam, Rumah Sakit dan Lintas Profesi seperti dokter, perawat, bidan dan analis.

Inovasi SIDIK TB merupakan kepanjangan dari skrining dini kader TBC, dimana kata SIDIK sendiri bisa diartikan sebagai tindakan pemeriksaan awal yang dilakukan oleh kader kesehatan terlatih satu RT satu kader. Langkah awal yang dilakukan adalah pelatihan kader pada satu desa, kemudian sosialisasi SIDIK TB. Kader melakukan Investigasi Kontak (IK) TBC dengan kuisioner khusus kepada keluarga pasien dan pencarian terduga baru di lingkungan RTnya, apabila ditemukan terduga TBC maka kader akan melakukan pendataan. Selanjutnya terduga yang ditemukan akan dikumpulkan untuk skrining lanjutan oleh dokter puskesmas. Terduga mengarah ke TBC akan dilakukan pemeriksaan TCM (Tes Cepat Molekuler).

Inovasi SIDIK TB dapat meningkatkan jumlah penemuan kasus dan capaian terduga TBC, dimana pada tahun 2021 capaian terduga TBC sebanyak 145 kasus yang terdata dalam aplikasi SITB Puskesmas. Capaian semakin mengalami peningkatan di tahun 2022, pada bulan Agustus 2022 capaian terduga telah mencapai 318 kasus. Angka tersebut sebesar 87,8% dari taget yang ditetapkan di Kabupaten Banyumas sebesar 362 kasus.

Deskripsi Inovasi

Inovasi SIDIK TB memunculkan pembaharuan dalam hal penemuan terduga TBC di masyarakat, karena melibatkan peran aktif kader dalam pencarian terduga TBC. Puskesmas tidak lagi pasif dalam penemuan terduga TBC, inovasi ini mempunyai sisi keunikan yaitu ada unsur pemberdayaan masyarakat sehingga terduga TBC lebih cepat ditemukan.

Tahun 2020 pelatihan kader dan sosialisasi SIDIK TB serta pembentukkan kader SIDIK TB, kegiatan Investigasi Kontak (IK) TB mulai dilaksanakan oleh kader didampingi Petugas TB Puskesmas, selain Investigasi Kontak pemberian edukasi yang tepat berdasarkan permasalahan keluarga yang menjadi salah satu penyebab timbulnya penyakit TBC.

Tahun 2021 capaian penemuan terduga TBC mulai membuahkan hasil, dimana capaian mengalami peningkatan, kasus terduga yang ditemukan dari capaian tahun 2020 sebanyak 95 kasus di tahun 2021 sebanyak 145 kasus. Di tahun 2022 dengan capaian sampai dengan bulan agustus sebanyak 318 kasus.

Dari hasil kegiatan diatas tahun 2021 terbentuk di kader TB terlatih Desa Sambirata, tahun 2022 telah terbentuk kader TB terlatih di 3 desa yaitu Desa Sokawera, Desa Karanglo dan Desa Cilongok. Sampai saat ini telah terbentuk di 4 desa.

 

 

Related Posts

Komentar